At bottom every man knows well enough that he/she is a unique being, only once on this earth -Nietzsche-

Daisypath Anniversary tickers

Sunday, February 26, 2006

Flower Power




Kali ini temanya Prints n aku pilih yang floral getuw deh. I love These outfits sooo much abizzz colorfull so bikin mata ni gak sepet ngeliatinnya n Spring Spirit banget. Just like usual, kita disuruh bikin 6 model n terserah mo pilih night gown, cocktail ato casual.

Sesuei dengan Mood Board yang udah aku buat, smuwa model pake yang namanya tight n sepatu Boot. Truzz gak ketinggalan aksesoris tas, necklace, earrings n bracelet.

Friday, February 24, 2006

Ball Mania


Hiw boring gak siyy kalo kemaren udah dapet sport theme buat fashion, ternyata musti ngerjain assignment textile printing dengan tema sport juga :((

Tapi eniwei, niat juga akhirnya (malah dapet dua lembar) niyy. Satu Qu kerjain di rumah pas laghi stamekeic n satuw laghi di kolej. Cepet banget lho, bukannya Qu udah sok expert getuw, tapi emang lagi mood n I did it with passion hueheuheue

Gambarnya sewh rada bureng-bureng tuh coz scannernya agak-agak trobel (Gw belon bayar tuwh scanningnya) hueheuheuheue.
Betewe...Tengs buat K'Azizzz, U're always great, xo-xo

Monday, February 20, 2006

So Called It Homey


Ini gambar denah pertamaqu setelah lama mengutak-atik program Smart Draw. Biasanya sigh...pake pensil n gambarnya bisa dimana ajha, namun seringnya A4 paper.Nggak mature banget getuw loh, xixixixi tapi I love it so much.

About the plan : Denahnya sih memakai luas tanah yang bisa dibilang irit (9m in width n 10m in lenght). Maklum, seiring dengan perkembangan jaman orang cenderung ingin sesuatu yang serba praktis, murah namun affordable. Coz lahan yang sempit, so desainnya dibuat simpel, 2 storey homes lah dengan adaptasi gaya-gaya eropa. Di lantai pertama ada 1 bedroom, bath, foyer,living and dining, carport, kitchen, patio plus mini garden yang bergaya tropis. Sedang lantai 2 ada 3 bedrooms, bath, balkon yang menghadap taman belakang ditambah dengan spacious living room yang bisa juga dijadikan sebagai tempat study.

Karna keseringan baca majalah arsitektur punya Britain, so Qu jadi interest dengan foyer karna kebanyakan Ruang Tamu di rumah-rumahyang ada di Indo biasanya useless (hehehehe). Kalo ada tamu yang kurang penting, biasanya cukup di teras n kalo adakerabat dateng, langsung digiring ke ruang keluarga, so...foyer ajha enough dech.
The thing that I love the most, Kitchen dung. bentuknya L-shape n meski gak luas2 banget, tapi airy coz ada jendela yangmenghadap ke taman, apalagi ditambah dengan kitchen stool (kursi), betah jadinya. Di kitchen ini juga merangkap sebagai ruang laundry plus ruang service (setrika dll), jadinya kitchen ini must be the most busiest place :)
Soal gaya penataan interior, pengennya sih yang fungsionalis karna Qu lagi ngefans ama gaya urban minimalist. Tapi biar kesannya gak terlalu "cool" trus kadang2 kita punya barang etnik atau warisan yang mungkin punya nilai historis, so kayaknya gaya yang paling cocok ya eklektik.

And the last...sowie, desainnya cuman kayak begini sajah. Qu gak (belum sih) paham soal konstruksi bangunan atau kerangka plafon etc, kalo untuk fasadnya ada gambaran, cuman lon bisa gambarnya :)

Created by mAe
I'm Not aN ArChitec, Not YeT a DeSigNer
HaNya peCinTa BangUnaN

Saturday, February 18, 2006

CINNABON Addict


CiNNaMon RoLL......I'm So Crazy for this kind oF snack. Hot from the oven, this dough is filled with cinnamon and brown sugar, then topped with melted butter cream or chocolate. Hmmmm...How can I not Love it ???!!!???
There are a lot of kind from those cinnamon rolls like Cinnabon itself, Minibon, Pecanbon, Chocobon, Cinnapacks and the new one Cinnabon bites. It usually eaten hot and accompanied with hot drinks like capuccino, coffee or macchiato. There are also many cold drinks provided. If U wanna more milk for your coffee or tea, just go to the condiment bar and take as much as U need.

The fresh and open kitchen make anyone easy to see while they're working, rolling the dough and bake it. For the place, although it's cozy, but sometimes I just feel uncomfort bcoz the place is too crowded and I got bored with the very long queue especially on weekend.

I got some recipes from the internet and wish that someday I can make cinnamon roll by myself, HoPe sOO

Cinnabon It's not originally from Egypt, but they got as franchisor here.
Store Location in Cairo (That I Visited) :
1. Carrefour, Maadi
2. Metro Supermarket near to the Geneina mall, Nasr City
3. City Stars at 3rd floor, Nasr City


By : Mae
Who Loves Cinnabon So Much :)



We Will Strike



We Got The sport theme for our first assignment in the beginning of 2nd semester and I choose football as my inspiration. By the way, I'm so passionate about colour and the football player's costumes are very colorfull yet brightly. I gave the caption "We WiLL sTrike", so I made all of my models wearing shorts n simple shirts as they can move easily.

Just Check 'em Out, PreNs !!!!!

Wednesday, February 15, 2006

Lovely Mahshi n Wara' Enab

Selalu menjadi sebuah momen yang indah ketika Asma, teman sekelas saya dari kota Menya membawa mahshi ke kampus. Duduk mengelilingi meja, menikmati mahshi dalam jumlah yang tak terhitung, ditambah dengan lauk daging rebus sambil sesekali saling melempar joke untuk teman yang can't stop eating. Unforgetable bangeeeet!!!

Biasanya waktu break sampai tak cukup hingga "Mahshi Party" terpaksa dilanjutkan pada break kedua. Bentuknya yang mirip dengan makanan dadar dulung tersebut memang tak bosan dimakan dan rasanya sangat Spicy karna kaya bumbu.

Mahshi yang dibawa teman saya hanya terbuat dari kubis atau daun kol (cabbage). Namun, dalam kuliner Mesir sebenarnya ada beraneka ragam sayur yang dipakai untuk membuat mahshi seperti paprika, terung, kusya (zucchini), tomat dan daun anggur atau yang lebih populer dengan sebutan wara' enab.

Mahshi tergolong jenis makanan appetizer dan termasuk gampang-gampang susah membuatnya. Di atas penggorengan, bawang merah ditumis bersama merica, kayu manis, tomat pasta, garam dan terakhir beras. Lalu setelah diangkat, ditambah dengan irisan daun ketumbar (coriander), ba' dunis (parsley) dan daun shabat (dill herbs). Setelah didiamkan sekitar 15 menit, adonan tersebut dibungkus dengan lembaran daun kol (kubis) yang telah dikukus atau dimasukkan ke dalam sayuran yang diinginkan. Selanjutnya mahshi tersebut dimasak dalam air kaldu hingga matang. Tentunya, jika ingin memakai sayuran seperti tomat, terung, kusya dan paprika harus dibersihkan isinya terlebih dahulu. Kalau ingin lebih mudah, bumbu-bumbu instan dengan nama Mahshi Mix banyak dijual di berbagai toko ataupun supermarket. Juga wara' enab frozen (beku) yang siap masak. Dalam suatu kesempatan saya membuat mahshi dengan mengantongi resep dari teman Mesir, namun karna rasanya kurang Mesir banget, akhirnya saya tambahkan bumbu instan mahshi dan akhirnya worth to try deh, heheheheheh

Lagi-lagi, saya menemukan bahwa mahshi dan wara' enab ternyata bukanlah masakan orisinil dari Mesir. Originally from Turkey, dikenal dengan nama Dolma dan selanjutnya merupakan makanan yang populer di negara-negara mediteranian karna pengaruh Kerajaan Ottoman. Di Yunani, wara' enab atau dolma dikenal dengan nama dolmades. Sedangkan di Swedia, dikenal dengan nama kaldomar dan tak lain merupakan inspirasi dari dolma yang dibawa oleh pemerintahan Ottoman di awal tahun 1700. Tak beda dengan Mesir, di negara-negara seperti Turki, Yunani, Romania, Bosnia, Macedonia dan Serbia biasanya mereka menambahkan daging atau jamur (mushrooms) kedalam adonan mahshi tersebut dan dimakan dalam keadaan hangat bersama mashed potato (kentang yang dihaluskan) disertai aneka macam saus seperti lemon-like sauce atau yoghurt-cucumber sauce.

Untuk mahshi yang dibungkus dengan daun kol, juga dikenal dengan nama Sarma (yang berarti wrapping atau rolling) di Eropa tengah, Eropa Timur, Kroasia dan Negara Balkan. Di beberapa negara seperti Romania, mahshi disebut Sarmale, Golubtsy di Russia dan Kohlroulade atau Krautwickel di Jerman.

Di Mesir -Kairo khususnya- tak ada warung khusus yang menjual mahshi karna merupakan jenis home cooking. Namun dibeberapa tempat seperti Khan Khalili, sekitar masjid Husein, Al-Azhar dan daerah-daerah Old Cairo lain ada beberapa warung makan (mat'am) yang menjual mahshi wara’ enab. Juga di beberapa tempat yang menjual falafel atau tho'miyah, biasanya mereka menyediakan mahshi, meski sangat jarang dijumpai.

By : Mae (Thanks to Asma 4 the tasty mahshi)
I'm Not A Chef, Not Yet a Gourmet
Hanya Pecinta KuLiner.

Friday, February 10, 2006

Sayonara....Cairo Book Fair 2006



The Cairo International Book Fair 2006 was over. but I just wanna tell you about things that were still remaind in my head. I went to the book fair four times and the first day I went there, I met Samy Yusuf. Yaph, he's one of the singer that wellknown for his islamic songs in Egypt and probably all over Arab countries. I met him in Darussalaam bookstore, I guessed he's looking for some islamic book. No one recognized him but only few people that realized he was Samy Yusuf including me and some of malaysian girls taking his picture. But when I saw him again after walking around, he was surrounded by people and it's so crowded. I thought, He must bring more bodyguard to keep him away from people, hehehehhehe.

Mmmm, I also went to the AUC (American University In Cairo) bookstore. I really like the AUC Bookstore because they have a lot of literature books about Egypt. There were more than five hundred books that contains Egyptian Literature such as the language, folklore, Coptics people, Nubia Island, Moslem Egypt etc. But the price was so high so I just wondering to buy all of them when I do get a job, xixi.

Besides, I was also interest to the building layout. It was look like conservatory that I saw in english home magazine. And it didn't need a lot of lamp in the morning till evening as the conservatory would let the sun goes inside. The best design from the exhibition I guess. There, I bought 2 books, "Father Of River" that tells about Nile river and the book from Anne Marie Schimmel "My Soul Is A Woman". I was lucky b'coz it was in the very low price, less than 15 EGP. O Yap, Germany was the main guest country in the Book fair this year.

Things that I like the most was Flea market or Azbakeyya. It's a treasure for me. I bought many magazine like "Wallpaper", "Your Home", "Living Etc", "Gourmet" etc. It's fun because I have to bargained all of those books although sometimes I just feel s0 guilty when the man was keeping the price so high. But, It's a neverending fun anyway, xixixi.

Thursday, February 09, 2006

Asian Fusion Di Nasr City

Tak khawatir!!!! Begitu kira-kira perasaan saya, atau bahkan bagi sebagian besar mahasiswa dari berbagai negara di Asia ketika muncul kerinduan untuk menyantap hidangan khas Negara masing-masing. Mulai dari tom yam, laksa, masakan padang, bakso, pempek hingga nasi pecel dan masakan-masakan yang bercitarasa homemade alias masakan ibu sangat mudah didapat.

Adalah Nasr city, tempat dimana sebagian besar mahasiswa asing baik dari Asia maupun afrika tinggal untuk menempuh study di Al-Azhar University dan beberapa kampus lain. Bahkan pada suatu hari, teman sekampus saya yang berkebangsaan Mesir di Institut Technique De La Mode berkelakar bahwa di Nasr city, jumlah penduduk asing lebih banyak daripada orang pribumi Mesir sendiri. Yah, that's probably right" kata saya.

Tak heran jika setiap tahun selalu saja ada warung-warung Asia bermunculan di area Nasr ini. Sebut saja Palas, Nile Restaurant, Sri Kelantan, Sabi', Sabang, Sarinah sampai Ibrena. Meski ada beberapa yang menyajikan menu dengan nama yang sama, but every place has different taste. Contohnya restoran Sri Kelantan yang menyajikan masakan-masakan melayu, namun menyediakan menu Tom Yam yang berasal dari Thailand. Bahkan warung Sabang yang seharusnya spesifik dengan masakan-masakan Aceh dan Sumatra, juga menyediakan menu-menu yang sama persis seperti di Kelantan maupun di Sabi' dan Nile Restaurant.

Ada beberapa warung makan yang lumayan sering saya kunjungi, yaitu Sri Kelantan, Sabi' Restaurant dan warung tanpa nama milik Bu Tatik yang bercitarasa jawa dan berkonsep home cooking. Menu-menu yang tersedia di Sri Kelantan, Nile dan Sabi' tak jauh berbeda, bahkan bias dikatakan sama. Namun seperti yang sudah saya tulis diatas, nama boleh sama, tapi rasanya man, bener-bener beda!!!! Ada menu Tom Yam yang selalu nomor satu di Sabi' restaurant. Entah karna pemiliknya mungkin asli orang Thai, yang jelas Tom Yam-nya -meski dihidangkan dalam small portion- sangat spicy dan tastefull. Meski Tom Yam Goong dalam versi aslinya menggunakan udang, sang pemilik menyesuaikannya dengan kantong mahasiswa dan menggantinya dengan ayam atau daging. Kalaupun mereka menyediakan menu Tom Yam udang (Tom Yam Goong) ataupun sotong (cumi-cumi), pastinya dengan harga yang relatif mahal. Dengan bumbu yang lengkap termasuk serai dan daun jeruk, sup ini terasa segar dan paling cocok dimakan saat musim dingin. Ada juga menu ayam dan daging merah, yang dimasak dengan bumbu sederhana seperti bawang merah, bawang putih, merica serta daun ketumbar (cilantro) yang membuat aroma dan rasanya sangat nikmat.

Lain lagi di Sri Kelantan yang kini telah mempunyai cabang di kawasan Gate III. Disini, Tom Yam dihidangkan dalam porsi yang genorous namun citarasanya sangatlah biasa, bahkan kadang-kadang hanya menyisakan rasa asam jeruk nipis dan pedas cabai bubuk. But, not bad to try lah....

Menu favorit sebagian pengunjung adalah nasi Mutiara, yang sepertinya merupakan mixture antara masakan Melayu dan India. Nasinya berwarna kuning kunyit yang digoreng bersama wortel dan polong, lalu diberi topping berupa ayam yang dimasak dengan ketumbar dan bumbu kari. Nasi Mutiara ini juga termasuk hidangan favorit orang-orang Afrika dan Asia Tengah (Kazakh, Usbekiztan dll). Entah kenapa, mungkin hanya menu ini yang cocok menurut lidah mereka.

Menu lain yang juga worth to try di Sri Kelantan lumayan banyak, seperti Mee Hongkong, Nasi goreng ikan mahsin, Kwetiaw goreng serta minumannya seperti ais sirap jagung dan teh tarik.

Singgah ke warung bu Tatik, seperti laiknya masuk warung tegal. Disini kita bisa self service, alias mengambil sendiri menu yang kita inginkan (Buffet), memakannya lalu membayar. Hidangan yang ada cukup variatif seperti lodeh, sambal goreng, cap jay, oseng-oseng tempe juga perkedel. Disini juga menyediakan menu bakso yang menurut saya cukup enak, dan ada juga pempek. Namun untuk pempek, saya memberikan nilai 5 out of ten. Ikannya kurang terasa dan kuahnya kurang berbumbu. Biasanya saya "lari" ke warung Basmalah milik orang palembang kalau ingin makan pempek. Cukup pempek saja, karna di warung Basmalah ini rata-rata tak ada menu lain yang menarik untuk direkomendasikan.

By : Mae
I'm Not A Chef, nOt yEt a GouRmeT
Hanya Pecinta KuLiner.

Tuesday, February 07, 2006

Kuskusi, kuskusu atau Couscous

Setiap kali mengunjungi pasar Attaba untuk mencari majalah bekas di flea market (Azbakeyya), saya selalu menyempatkan diri untuk membeli Kuskusi yang memang hanya dijual di tempat-tempat tertentu seperti Attaba, Khan Khalili dan Tahrir. Makanan ini umumnya dijual diatas gerobak sederhana. Ditempatkan di dalam steamer (kukusan) berbentuk datar dan dipadatkan hingga membentuk setengah lingkaran. Diatasnya diberi hiasan berupa kelapa kering dan kismis lalu ditutup dengan plastik. Biasanya saya membeli sekitar satu atau dua porsi untuk dibawa pulang. Di beberapa tempat yang menjual sweets, kuskusi ditempatkan di cetakan-cetakan kecil dan tentu saja lebih terjamin kebersihannya.

Saat memakannya untuk pertama kali, langsung saya teringat akan kue putu bumbung yang biasa dijual secara keliling di Indonesia. Meski disajikan dan dibuat dari bahan yang sama sekali berbeda, namun saya sempat tertipu karna menyangka Kuskusi juga terbuat dari tepung beras seperti kue putu. Kalau kue putu bumbung dicetak di dalam potongan-potongan bambu sepanjang kurang lebih 10 cm dan diberi isi gula merah, lalu setelah dikukus kue tersebut didorong dengan alat khusus yang terbuat dari potongan kayu. Beda halnya dengan Kuskusi, karna sudah dipanaskan diatas steamer, maka penyajiannya langsung ditaruh didalam mangkuk dan diberi topping berupa samnah (mentega) yang dicairkan serta taburan gula halus. Rasanya gurih dan manis, apalagi ada kismis dan kelapa kering didalamnya

Di Mesir, kuskusi merupakan jenis masakan homemade dan tidak dijual di sembarang tempat. Kalaupun ada sangat jarang. Saat bertanya kepada salah seorang teman Mesir di kampus, dia menjelaskan bahwa di rumah dia biasa memakan kuskusi dengan campuran sawi, wortel dan kacang polong. Ooooo....saya pikir kuskusi dikategorikan sebagai hidangan manis.

Lain halnya di Maroko. Disana masyarakat menyebutnya Kuskusu dan merupakan salah satu makanan pokok (primary staple food). Juga dibeberapa tempat di Tunisia, Libya, Yahudi, Afrika Barat dan Timur Tengah. Disana kuskusu dimasak bersama sayuran, daging, ayam bahkan ikan dengan tambahan bumbu-bumbu khas. Di Eropa, orang biasa menyebutnya Couscous dan termasuk jenis makanan yang cukup populer terutama di Prancis. Biasanya dihidangkan sebagai salad atau pelengkap.

Kuskusi dibuat dari tepung semolina (hasil olahan dari jenis serealia berupa millet atau sorghurm) yang juga dikenal sebagai bahan pembuat pasta. Cara pembuatannya cukup rumit. Menurut penuturan seorang Ibu-ibu Mesir, tepung semolina tersebut disiram dengan air lalu diayak hingga menjadi bulir-bulir kecil. Untuk memisahkan bulir-bulir tersebut, cukup dengan menaburkan semolina yang masih kering. Kemudian untuk tepung yang ikut larut dalam saringan, ayak kembali dan taburi dengan semolina kering hingga menjadi bulir-bulir. Selanjutnya kuskusi tersebut dikukus dua hingga tiga kali. Setelah matang, kuskusi akan berwarna terang dan lunak serta tidak lengket, mirip seperti adonan kue putu bumbung sebelum dicetak. Bagi yang tak ingin repot, kuskusi instan yang pre-steamed juga banyak dijual di berbagai toko dan supermarket. Cukup dengan menuangkan kuskusi kedalam air panas dan ditambah dengan gula atau sayur, dalam beberapa menit kuskusi, kuskusu atau couscous ini ready for consumption.

By : Mae

I'm Not A Chef, nOt yEt a GouRmeT
Hanya Pecinta KuLiner.